Skip to main content

Aku kepo tentang... (1)



Label harga.
Ada yang kepo juga nggak tentang label harga? (apa yang dikepoin hayo?)

Label Harga

Kalau diperhatikan sekilas, hampir di setiap label harga ada lengkungan atau pun potongan kecil di atas dan bawah. Kadang-kadang ada juga yang di kanan dan kiri. Yang bikin aku kepo: fungsinya buat apa yah potongan itu?
Ok, jadi aku iseng-iseng tanya mbah gugel. Tapi yang keluar malah berita tentang potongan harga. Mengecewakan. Ini mebuktikan kalau mbah gugel pun punya kekurangan.
Terus aku beralih ke mama. Dan aku baru tahu kalu ternyata mamaku lebih hebat dari mbah gugel *hehe*. Yah, setidaknya dia bisa memperkirakan apa fungsinya. Fungsinya adalah supaya sulit untuk dicopot labelnya. Biasanya kalo kita melepas label model begini kan pasti sobek tuh, nah itu fungsinya. Supaya tidak mudah dicopot, dan ditukar dengan label lain. Got something? Jadi kalo label harga di toko kan bisa ditukar-tukar tuh sama pembeli jahil, sementara kasir tidak hapal harga aslinya (zaman dulu belum ada barcode). Katanya zaman dulu, pembeli memang suka menukar label-label harga. Biar dapet barang lebih murah. Kalo selisihnya dikit kan kasirnya nggak sadar gitu. Tapi meskipun sedikit, kalo berulang-ulang lumayan tuh, kalo digabung selisihnya. Jadi karena banyaknya insiden itu, dibuatlah label yang mudah sobek (karena ada potongan di sisi-sisinya). Lama-lama, terciptalah barcode. Entah yang tercipta barcode dulu atau potongan di label harga? Hehehe. Pokoknya, sekarang kita udah tau apa fungsi potongan-potongan kecil di sisi barcode. Lumayan, kan, ternyata ke kepo an ku menuai pengetahuan? Hahaha. Becanda, deh.
Oke, sampai ketemu di post selanjutnya, guys!
Have a blessed day!~








Subscribe to my YouTube channel --> click here! :)

Comments

Popular posts from this blog

Day 29: Who and What Adds Meaning

Who and what adds meaning to your life. Agustus, 2023 Tentunya sulit untuk menunjuk hanya satu orang saja. Orang-orang disekitarku selalu menambah meaning dalam hidupku. Sebagian besar datang dan pergi, terkadang kembali, kemudian hilang lagi. Apalagi semakin dewasa dan bertambah usia, sepertinya teman-teman semakin punya kesibukan. Termasuk aku sendiri. Jadi ujung-ujungnya hanya menyapa tipis-tipis di media sosial. Tapi nggak apa-apa, meskipun begitu, aku percaya setiap orang memiliki “fungsi”-nya masing-masing dalam hidupku. Mungkin aku nggak sadar makna kehadirannya pada waktu itu dan baru ngeh setelah beberapa tahun berlalu, atau mungkin saat ini sudah nggak ngobrol, tapi masih terkadang kontakan sedikit-sedikit. Ada banyak faktor yang menentukan peran seseorang dalam hidupku. Jadi, jika ditanya ‘siapa’, tentunya tergantung dari musim hidup yang sedang kujalani. Setiap musim, pemerannya berbeda-beda. Aku hampir selalu belajar sesuatu dari setiap orang yang kutemui, dan sedikit demi...

Terus dan terus.

Kemana hidup ini harus kubawa? Kekecewaan datang dan pergi. Begitu pula kecintaan. Yang mana yang harus kupercaya? Ada keputusan, ada ketakutan. Ada komitmen, ada kebingungan. Dimana ada harapan, disitu ada kekecewaan. Dimana ada tekad, disitu ada godaan. Dimana ada kekecewaan, disitu ada harapan. Akankah aku bertahan? Berapa lama harus aku bertahan? Berapa lama harus aku percaya? Tujuh kali tujuh ratus tujuh puluh tujuh? Sampai jelas. Sampai mati dan hidup lagi. Sampai nyata.

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d...