Skip to main content

Tentang Media Sosial

Sumber: images.google.com

Ada banyak sekali media sosial yang tersedia di sekitar kita, yang paling sering digunakan antara lain adalah Instagram. Instagram merupakam medsos yang unik, seperti gabungan dari Facebook, Snapchat dan YouTube. Kita bisa share gambar, dengan caption yang nyeleneh, bisa bikin gambar yang hanya akan ditahan di Instagram selama 24 jam saja, dan ada juga IG TV yang memungkinkan kita untuk bikin channel sendiri. Selain itu, kita juga bisa chatting juga.

Nah, itu adalah Instagram. Secara pribadi, gue merasa media sosial adalah tempat buat orang-orang berkarya, menunjukkan hasil kreativitas mereka, sekaligus sebagai wadah untuk humble bragging, yaitu aktivitas memamerkan sesuatu tanpa terkesan pamer. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah #wakeuplikethis.

Meskipun begitu, bukan berarti sosial media selalu membawa dampak buruk. Sosial media bisa menjadi pengaruh baik bagi orang banyak karena dengan sosial media, orang-orang cenderung akan nge-follow akun-akun influencer yang mereka sukai. Nah, dari para influencers tersebut, mereka bisa terpengaruh oleh hal-hal baiknya, dan bisa juga terpengaruh hal buruknya. Semuanya tergantung dari siapa yang di-follow dan bagaimana kita sebagai admirer mereka bisa menyaring mana yang baik untuk dicontoh dan mana yang tidak.

Jika boleh berkata jujur, menurut gue, sosial media membuat hati kita mudah iri hati. Terutama ketika kita melihat betapa bahagia hidup orang lain di dunia online, kita cenderung untuk berpikir bahwa hidupnya selalu seperti itu, kemudian mulai membandingkannya dengan hidup kita. Jadi, di era globalisasi yang koneksi antar satu orang dengan yang lain semakin dimudahkan, kita harus membentengi pikiran dan hati kita dengan melatih skills baru, contohnya, the art to show-off on social medias, the art of being motivated for someone else's achievements, the art of not judging anyone only depends on his/her online image, etc. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk "bermain" di media sosial. Dengan adanya pemikiran ini, maka dari itu gue percaya kalo aktivitas medial sosial untuk anak-anak sebaiknya tidak dianjurkan hingga anak tersebut dinilai cukup berpendirian/boleh aktif asalkan dibawah pengawasan orang tua.

Efek buruk dari media sosial antara lain, konten yang tidak sepantasnya malah tersedia dimana saja, orang-orang bisa dengan mudah mengaksesnya, juga dengan melihat online image seseorang, orang lain bisa dengan mudah menjadi iri hati dan merusak pertemanan, di lain pihak, seringkali bahkan seseorang bisa menjadi overly proud of themselves on what they have done and shared online. Nampaknya akan lebih banyak orang yang memiliki kepribadian yang terlalu self-centered jika aktivitas sosial media di dunia selalu sama hingga tahun-tahun mendatang. Dan masih banyak lagi keburukan dari sosial media.

Namun, again, jangan menghakimi seseorang terlalu cepat. Jika memang dia terlalu self-centered sekalipun, selalu ada sisi baik dari setiap orang. Hargai dia atas sifat dan minat baik mereka, jangan tutup mata kalian oleh keburukannya saja.

Di lain sisi, efek positif dari sosial media juga nggak kalah banyak. Kita bisa mendapat advices dari orang yang sama sekali nggak kita kenal, yang lebih bijaksana dari orang-orang yang kita kenal, kita juga bisa memperoleh empowerments, ketika kita membutuhkannya. Misalnya melalui quotes, motivational videos, etc. Untuk sesama penulis atau content creators, bisa mendapat ide-ide dari dunia maya. Apalagi dengan teknologi dan fasilitas internet yang semakin advanced, kita bahkan bisa membina skills kita di bidang musik, coding, fotografi, memasak, dan lain-lain melalui sosial media. Bagi sebagian besar orang, mereka juga hidup dari aktivitas sosial media. Dengan sistem endorse, atau membuat video tentang hewan mereka, atau membuat sebuah short talkshort readings, dan lain-lain.

Kesimpulannya, aktivitas sosial media kita dapat mencerminkan diri kita di dunia nyata. Tidak selamanya image di dunia maya adalah palsu. Namun, orang-orang akan lebih senang untuk melihat hal-hal baik, karya-karya terbaik di media sosial, bukan? Itulah sebabnya mengapa konotasi online image buruk. Karena kita seringkali menilai seseorang hanya dari konten media sosialnya. Padahal itulah hak mereka untuk memposting yang bagus-bagus saja. They're not obliged to post their life dramas online too. Jadi, coba latihlah appreciation skills kalian, dan kurangilah kegiatan membandingkan hidup kalian dengan seseorang lainnya di media sosial. We each have our own timings and opportunities. And I believe everything is well in the end.

Kalo lu ketemu gue, dijamin gue bakal ngomong panjang lebar. Tapi berhubung gue harus sadar diri, jadi gue hentikan obrolan tentang media sosial hari ini sampai disini. Terima kasih udah baca-baca artikel di blog gue. Gue harap lu mendapat inspirasi dan mungkin juga terhibur.

Sampe ketemu di postingan selanjutnya!




Comments

Popular posts from this blog

Day 29: Who and What Adds Meaning

Who and what adds meaning to your life. Agustus, 2023 Tentunya sulit untuk menunjuk hanya satu orang saja. Orang-orang disekitarku selalu menambah meaning dalam hidupku. Sebagian besar datang dan pergi, terkadang kembali, kemudian hilang lagi. Apalagi semakin dewasa dan bertambah usia, sepertinya teman-teman semakin punya kesibukan. Termasuk aku sendiri. Jadi ujung-ujungnya hanya menyapa tipis-tipis di media sosial. Tapi nggak apa-apa, meskipun begitu, aku percaya setiap orang memiliki “fungsi”-nya masing-masing dalam hidupku. Mungkin aku nggak sadar makna kehadirannya pada waktu itu dan baru ngeh setelah beberapa tahun berlalu, atau mungkin saat ini sudah nggak ngobrol, tapi masih terkadang kontakan sedikit-sedikit. Ada banyak faktor yang menentukan peran seseorang dalam hidupku. Jadi, jika ditanya ‘siapa’, tentunya tergantung dari musim hidup yang sedang kujalani. Setiap musim, pemerannya berbeda-beda. Aku hampir selalu belajar sesuatu dari setiap orang yang kutemui, dan sedikit demi...

Terus dan terus.

Kemana hidup ini harus kubawa? Kekecewaan datang dan pergi. Begitu pula kecintaan. Yang mana yang harus kupercaya? Ada keputusan, ada ketakutan. Ada komitmen, ada kebingungan. Dimana ada harapan, disitu ada kekecewaan. Dimana ada tekad, disitu ada godaan. Dimana ada kekecewaan, disitu ada harapan. Akankah aku bertahan? Berapa lama harus aku bertahan? Berapa lama harus aku percaya? Tujuh kali tujuh ratus tujuh puluh tujuh? Sampai jelas. Sampai mati dan hidup lagi. Sampai nyata.

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d...