Write about that one movie or book or incident that drastically changed your life.
Image by Freepik |
Aku anak yang nggak suka baca buku. Buku komik? Sure! Tapi kalo udah yang isinya tulisan doang, aku nggak bisa. Ada banyak sekali buku hibahan dari tanteku yang ada di rumah, dari Sapta Siaga (the Secret Seven), Lima Sekawan (the Famous Five), hingga buku-buku karya Agatha Cristie, tapi nggak ada satupun yang kusentuh.
Kakak-kakakku suka membaca Sapta Siaga, Lima Sekawan, dan juga buku-buku Chicken Soup for the Soul. Tapi aku masih nggak bergeming dengan kesukaanku akan komik. Bukan berarti aku nggak pernah mencoba untuk membaca buku, tapi aku hampir nggak pernah menyelesaikan satu buku yang isinya hanya tulisan dan grafik. Aku selalu mencari buku yang intensitas tulisan dan gambarnya sama.
Sampai suatu ketika, di bangku SMA, isi perpustakaan SMA ku cukup menarik, hampir selalu ada buku-buku yang saat itu sedang best seller di toko buku. Aku masih rajin mampir ke toko buku saat itu, karena pengen nge-check komik, tentu saja. Jadi aku tahu mana buku yang sedang best seller saat itu. Nah, kebetulan aku lihat buku yang berjudul “Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar” karya Alberthiene Endah. Aku membaca sedikit isi buku itu di toko buku, kemudian memutuskan untuk meminjam buku itu dari perpustakaan sekolah.
Nggak disangka-sangka, ternyata aku malah suka buku itu dan membacanya sampai habis. Pertama kalinya aku membaca buku setebal itu. Sejak saat itu, aku tanpa sadar sudah membuktikan pada diri sendiri bahwa ternyata aku mampu membaca buku yang isinya banyak tulisan doang. Aku mulai meng-explore buku dengan topik-topik lain, bahkan topik yang aku nggak pernah sentuh seperti buku marketing, finansial, sampai buku yang membahas tentang FGM (female genital mutilation).
Jadi sebenarnya bukan hanya tentang esensi dari buku tentang Merry Riana, tapi juga seluruh pengalaman membaca buku itu yang mengubah hidupku. Ternyata membaca buku bukan “keharusan” lagi, kalo aku menemukan buku yang kuminati.
Tapi sebenarnya kalo cuma satu, rasanya nggak adil. Aku percaya selama hidup ini setiap orang selalu bertumbuh setelah melalui berbagai macam hal. Bisa saja ada perubahan drastis dua kali dalam hidup, tidak ada yang tahu. Tapi untuk kepentingan tantangan menulis selama 30 hari, ya sudah deh, ya.
Ngomong-ngomong, selamat hari kemerdekaan Indonesia!! Aku berharap seluruh warga Indonesia bisa memiliki kemampuan baca tulis yang jauh lebih merata di masa depan. Aku salut banget saat mendengar cerita Tri Ahmad Irfan yang pernah bekerja di Twitter di Amerika, meskipun berasal dari desa kecil dekat kota Surakarta, dan dengan segala keterbatasan yang ada, dia bisa sampai titik sekarang (Founder dan CTO Lumina). Dan yang bikin aku shock adalah fakta bahwa ayahnya bahkan nggak memiliki kemampuan baca tulis. Kadang aku lupa dengan Titik Mula tiap orang yang berbeda-beda. Mungkin buat kamu yang tertarik mendengar ceritanya, kamu bisa dengar melalui podcast Thirty Days of Lunch episode ke-124. Salah satu bukti pentingnya pendidikan dan support dari orang-orang terdekat.
Tapi, dengan menyadari keberadaan Titik Mula kita masing-masing, bukan berarti itu menjadi alasan untuk berkecil hati ketika kita menyadari posisi kita ada jauh di belakang orang lainnya. Jadikan itu semangat dan ukuran seberapa banyak upaya yang bisa kita kerahkan dengan keterbatasan yang ada. Seperti kata Ash Ali dalam bukunya “The Unfair Advantage”, setiap orang memiliki unfair advantage masing-masing. Dan percaya nggak percaya, itu yang membuatmu unik!
Comments
Post a Comment