Your inspiration.
Image by jigsawstocker on Freepik |
Ada banyak hal yang bisa menjadi sumber inspirasi. Waktu kecil dulu, kita disuguhkan dengan berbagai orang-orang yang hebat dan ditanya, “siapa panutan kalian?”. Selama sekolah, aku mengagumi Florence Nightingale. Seorang perawat di masa perang yang dianggap sebagai founder of modern nursing. Aku kagum atas segala hal yang dia lakukan pada zaman itu dan aku mendambakan keberanian yang dia miliki.
Kemudian beranjak SMP, aku mengagumi Marie Curie, wanita pertama yang memenangkan Nobel Prize dan satu-satunya orang yang memenangkan Nobel Prize dua kali dalam bidang yang berbeda: kimia dan fisika. Aku salut dengan kecerdasan dan keingintahuan yang dimilikinya.
Di bangku SMA, aku suka sekali dengan Wladyslaw Szpilman, seorang pianis keturunan Yahudi yang berhasil bertahan hidup saat masa-masanya Holocaust. Dia menunjukkan ketabahan hati yang luar biasa, yang aku nggak akan pernah paham kayanya dengan situasi hidup yang aku miliki sekarang.
Demikian pula di bangku kuliah, aku mengagumi Marcus Luttrell, pensiunan Navy SEAL Amerika Serikat yang berkali-kali nyaris kehilangan nyawa saat sedang menjalankan tugas di Afghanistan. Aku mengagumi kegigihannya, meskipun teman satu timnya satu persatu tertembak, dia tetap fokus dan dapat berpikir cepat untuk langkah selajutnya.
Nah, jadi, kembali ke pertanyaan awal: siapa yang menjadi inspirasiku? Jawabannya, my desire to be my whole self, unapologetically. Alias keinginanku untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya, tanpa adanya perasaan bersalah. Hah, jadi gimana maksudnya?
Inspirasi menurutku adalah sumber dimana segala pemikiran dan ideku muncul, sumber yang menggerakkanku, dan sumber yang dapat menyatukan motivasi/tujuan yang ingin kuraih dengan waktu saat ini. Jika dilihat dari pola yang kumiliki selama ini, inspirasi yang berupa manusia/panutan hidup, tokohnya selalu pasang surut, silih berganti, mengikuti nilai-nilai hidup yang kupegang erat saat itu. Benang merahnya adalah keinginanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, keinginanku untuk menjadi diri sendiri yang seutuhnya, tanpa ada paksaan untuk menyenangkan orang, tanpa ada rasa bersalah. Tentunya, keinginan ini harus dicapai dengan langkah yang terarah dan terukur. Nggak bisa, dong, kalo setiap kali bikin kesalahan lalu aku selalu bertameng dengan “aku memang gitu orangnya”.
Jadi aku percaya setiap orang yang memiliki keinginan yang sama, seharusnya mengimbangi dengan keinginan untuk selalu berefleksi. Mau merenungi tindakan-tindakan yang telah terjadi, mampu untuk menerima segala konsekuensi, dan berkomitmen untuk memperbaikinya.
Susah? Tentu saja. Tapi lebih susah lagi kalo kita biarkan terus mindset “aku memang gitu orangnya”, ujung-ujungnya siapa yang dirugikan? Ya diri sendiri.
Jadi begitulah, keinginan itu yang selalu mendorongku untuk maju ke langkah berikutnya. Keinginian ini juga yang memeriku keberanian dan motivasi, meskipun nggak se-ekstrim contoh tokoh-tokoh diatas.
Kalo kamu? Siapa/apa inspirasimu?
Comments
Post a Comment