Skip to main content

Day 25: The First Wish I Make

What is the first wish you want to make if you are granted three wishes?

Image by Layerace on Freepik

Baru beberapa hari yang lalu aku ngobrol sama teman kerja tentang "superpower apa yang ingin kamu miliki, jika kamu bisa meminta?".

Setelah sedikit diskusi dan berpikir, ternyata aku sebenernya pengen bisa teleport kemanapun. Jadi itu jawabannya jika common sense tidak masuk pertimbangan. Permintaan pertama jika diluar nurul: kemampuan berteleportasi. Supaya aku bisa dengan mudah pergi kemanapun aku mau, dan bertemu dengan siapapun, kapanpun. Aku bisa bertemu dengan orang-orang yang disayang dengan mudah dan cepat, nggak peduli dimanapun aku berada.

Kalo lebih realistisnya, permohonan pertama yang akan aku pinta tentu saja seperti orang pada umumnya: menang lotre! Nggak tahu gimana caranya bisa menang, karena aku sendiri nggak pernah beli lotre disini. Tapi kalo memang permohonannya dikabulkan, apapun bisa terjadi kan?

Aku sudah pernah lihat ayam bersin, burung melompat-lompat dengan satu kaki, dan kura-kura yang sedang mating dance. Hidupku sudah cukup komplit dengan hal-hal random. Jadi sebagai pelengkap, menang lotre adalah jawabannya.

Dengan menang lotre, aku bisa mengalokasikan dana itu untuk dana yang bisa dipakai keluarga besar. Tentu saja bukan duit hasil lotrenya, tapi bunga hasil menabung duit tersebut. Bunga itu bisa dipakai untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga besar. Jadi duit lotrenya tetap utuh, dan kalo bisa bertambah, sambil keluarga terdekat kita juga bisa merasakan senangnya.

--

Yak, karena kita sudah kembali pada realita, aku mau bekerja lagi supaya nggak perlu berangan-angan menang lotre terus.

Sebenarnya kerja buat apa?

Kerja biar gak kerja lagi.

Terus mau apa?

Gak tau. Mungkin aku akan tetap kerja, mungkin nggak. But for now, aku mau kerjakan apa yang bisa dikerjakan dulu, sambil melihat peluang untuk masa depan.

Yuk bisa yuk~


*.*.*

Jika kamu mau tahu lebih lanjut tentang 30 Day Writing Challenge yang aku jalani saat ini, kamu bisa klik link ini ya.





Comments

Popular posts from this blog

Day 29: Who and What Adds Meaning

Who and what adds meaning to your life. Agustus, 2023 Tentunya sulit untuk menunjuk hanya satu orang saja. Orang-orang disekitarku selalu menambah meaning dalam hidupku. Sebagian besar datang dan pergi, terkadang kembali, kemudian hilang lagi. Apalagi semakin dewasa dan bertambah usia, sepertinya teman-teman semakin punya kesibukan. Termasuk aku sendiri. Jadi ujung-ujungnya hanya menyapa tipis-tipis di media sosial. Tapi nggak apa-apa, meskipun begitu, aku percaya setiap orang memiliki “fungsi”-nya masing-masing dalam hidupku. Mungkin aku nggak sadar makna kehadirannya pada waktu itu dan baru ngeh setelah beberapa tahun berlalu, atau mungkin saat ini sudah nggak ngobrol, tapi masih terkadang kontakan sedikit-sedikit. Ada banyak faktor yang menentukan peran seseorang dalam hidupku. Jadi, jika ditanya ‘siapa’, tentunya tergantung dari musim hidup yang sedang kujalani. Setiap musim, pemerannya berbeda-beda. Aku hampir selalu belajar sesuatu dari setiap orang yang kutemui, dan sedikit demi...

Terus dan terus.

Kemana hidup ini harus kubawa? Kekecewaan datang dan pergi. Begitu pula kecintaan. Yang mana yang harus kupercaya? Ada keputusan, ada ketakutan. Ada komitmen, ada kebingungan. Dimana ada harapan, disitu ada kekecewaan. Dimana ada tekad, disitu ada godaan. Dimana ada kekecewaan, disitu ada harapan. Akankah aku bertahan? Berapa lama harus aku bertahan? Berapa lama harus aku percaya? Tujuh kali tujuh ratus tujuh puluh tujuh? Sampai jelas. Sampai mati dan hidup lagi. Sampai nyata.

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d...