What are the three things you are unable to let go of?
Image by Freepik |
Hmm, hal-hal yang bikin aku gagal move on ya? Agak susah. Tapi mungkin aku bisa bahas tentang kebiasaanku yang cukup konsisten kulakukan dari dulu, yang sampe sekarang masih aku lakukan (mungkin malah lebih parah).
Dimulai dari kebiasaan untuk tanya macam-macam yang kadang suka lupa dikasih filter. Gak peduli mau orang jabatan staf atau jabatan direktur, mau orang Indonesia atau orang Ethiopia, kalo aku punya pertanyaan, aku tanyain semua. Downside-nya? Situasi ngobrol seringnya jadi awkward. Kalo saat ini sepertinya sudah lebih terkendali, tapi kadang masih tetap gatal pengen tanya.
Kemudian kebiasaan untuk overestimate waktu yang kupunya. Maksudnya kalo dalam satu hari semua orang punya 24 jam, kadang aku malah siapin to-do list untuk orang yang punya waktu 36 jam sehari. Aku overestimate waktu yang kupunya. Kupikir aku bisa menyelesaikan berbagai macam hal dalam sehari, tapi lupa kalo down time dan mandi pun makan waktu. Alhasil, jadi sering memotong jatah jam tidur. Ini satu hal yang masih perlu banget aku let go, supaya aku bisa lebih paham dengan keterbatasan dan kemampuan yang aku miliki.
Yang ketiga, kebiasaan untuk nyantai dulu setelah pulang kerja. Ini simpel, tapi efeknya banyak. Karena punya kebiasaan ini, aku hampir selalu mandi diatas jam 10 malam, sebelum jam tidur. Efeknya apa? Aku jadi selalu merasa melakukan semuanya dengan terburu-buru. Sudah malam, harus buru-buru mandi, buru-buru tidur, dan besok paginya buru-buru berangkat kerja. Plus, waktu buat nyantai setelah kerja ini kadang jadi memakan jatah waktu untuk melakukan aktivitas lain. Kebiasaan ini sudah lebih terkendali juga saat ini, tapi masih bisa diperbaiki. Idealnya sih setelah pulang kerja dan makan malam, langsung mandi. Supaya aku bisa dengan leluasa mengatur kegiatan setelah itu. Nggak serba buru-buru.
Itu tiga hal yang aku pikir seperti sudah “tercetak” menjadi watakku. Susah dilepaskan/dibentuk ulang. Tapi seperti postingan di hari ke-23, nggak ada alasan untuk membentengi sifat buruk kita dengan “aku memang gitu orangnya”. Selalu ada celah untuk berkembang.
Comments
Post a Comment